Stok Sawit Malaysia Turun, Harga Sawit Akhirnya Menguat - Emiten sektor perkebunan kelapa sawit mulai pulih tahun ini didukung oleh tren kenaikan harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Kenaikan harga dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan inventori setelah berkurangnya suplai CPO di pasar.
Sebagian besar perusahaan perkebunan sawit tidak akan lepas dari penurunan volume panen tandan buah segar (TBS) sawit tahun ini. Hal ini dipicu El Nino dan kebakaran hutan yang melanda sejumlah wilayah perkebunan nasional tahun lalu. Volume produksi minyak sawit berpeluang turun dengan perkiraan level terendah bulan depan. Terjadinya penurunan volume produksi bersamaan dengan tren pertumbuhan ekspor CPO tentu akan berdampak positif terhadap harga jual tahun ini.
Harga CPO akhirnya bisa menguat 0,21% di level 2.387 ringgit atau Rp7,54 juta per ton pada Rabu (13/1/2016) pukul 11.26 WIB. Sebelumnya, kontrak berjangka CPO untuk Maret 2016, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, harga CPO dibuka melemah 0,04% pada level 2.381 ringgit per ton.
Hal ini sejalan dengan pengingkatan impor minyak kedelai China yang naik 14% mencapai 81,69 juta ton pada 2015. China merupakan negara importer terbesar kedua setelah Thailand. CPO diperdagangkan menguat di saat mayoritas pasar saham dan komoditas global bergerak di zona merah, akibat kecemasan atas laju perlambatan ekonomi China.
Harga minyak Brent juga mengalami kenaikan 1,20% ke US$31,23/barel pada siang ini. Sebelumnya, seperti yang dikutip Bloomberg, produksi cukup terpengaruh, sehingga persediaan kemungkinan akan turun lebih dalam pada kuartal ini.
Sebagian besar perusahaan perkebunan sawit tidak akan lepas dari penurunan volume panen tandan buah segar (TBS) sawit tahun ini. Hal ini dipicu El Nino dan kebakaran hutan yang melanda sejumlah wilayah perkebunan nasional tahun lalu. Volume produksi minyak sawit berpeluang turun dengan perkiraan level terendah bulan depan. Terjadinya penurunan volume produksi bersamaan dengan tren pertumbuhan ekspor CPO tentu akan berdampak positif terhadap harga jual tahun ini.
Harga CPO akhirnya bisa menguat 0,21% di level 2.387 ringgit atau Rp7,54 juta per ton pada Rabu (13/1/2016) pukul 11.26 WIB. Sebelumnya, kontrak berjangka CPO untuk Maret 2016, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, harga CPO dibuka melemah 0,04% pada level 2.381 ringgit per ton.
Hal ini sejalan dengan pengingkatan impor minyak kedelai China yang naik 14% mencapai 81,69 juta ton pada 2015. China merupakan negara importer terbesar kedua setelah Thailand. CPO diperdagangkan menguat di saat mayoritas pasar saham dan komoditas global bergerak di zona merah, akibat kecemasan atas laju perlambatan ekonomi China.
Harga minyak Brent juga mengalami kenaikan 1,20% ke US$31,23/barel pada siang ini. Sebelumnya, seperti yang dikutip Bloomberg, produksi cukup terpengaruh, sehingga persediaan kemungkinan akan turun lebih dalam pada kuartal ini.
Baca Juga : Harga Sawit Jambi Merangkak Naik Januari 2016
Harga jual CPO bakal meningkat hingga Maret-Mai tahun ini. Terbuka peluang harga naik menuju level 2.700 Ringgit Malaysia per ton. Meski cenderung naik, pemodal harus hati-hati dengan harga jual CPO mulai Agustus tahun ini, seiring kemungkinan kembali melonjaknya produksi selama musim panen.
Dampak cuaca El Nino ini tentu menjadi sentimen positif terhadap emiten perkebunan kelapa sawit tahun ini, khususnya sepanjang semester I-2016. Berbagai faktor tersebut mendorong Maybank Kim Eng Securities untuk mempertahankan beli saham AALI dengan target harga Rp 24.000 per saham.
Sementara itu, Badan Minyak Sawit Malaysia (The Malaysian Palm Oil Board/MPOB) mengungkapkan, persediaan minyak sawit akhir Desember 2015 mencapai 2,63 juta ton atau turun sekitar 10% dari bulan sebelumnya sebanyak 2,90 juta ton. Penurunan dipicu koreksi volume produksi sepanjang Desember 2015 menjadi 1,39 juta ton dibandingkan November 2015 mencapai 1,65 juta ton.
Persediaan minyak sawit di Malaysia periode Desember 2015 menurun seiring dengan rendahnya produksi karena fenomena El-Nino yang merusak pola cuaca pada tahun lalu. Mengutip riset Macquarie yang telah dipublikasikan pada 11 Januari 2015, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan stok crude palm oil (CPO) Desember sebesar 2,63 juta ton, di bawah perkiraan konsensus sebesar 2,76 juta ton. Berdasarkan pada data MPOB, penurunan stok kali ini merupakan yang pertama kali sejak meningkatnya aktifitas El-Nino pada Agustus 2015.
Grafik: Stok & Produksi Minyak Sawit Malaysia
Dampak cuaca El Nino ini tentu menjadi sentimen positif terhadap emiten perkebunan kelapa sawit tahun ini, khususnya sepanjang semester I-2016. Berbagai faktor tersebut mendorong Maybank Kim Eng Securities untuk mempertahankan beli saham AALI dengan target harga Rp 24.000 per saham.
Sementara itu, Badan Minyak Sawit Malaysia (The Malaysian Palm Oil Board/MPOB) mengungkapkan, persediaan minyak sawit akhir Desember 2015 mencapai 2,63 juta ton atau turun sekitar 10% dari bulan sebelumnya sebanyak 2,90 juta ton. Penurunan dipicu koreksi volume produksi sepanjang Desember 2015 menjadi 1,39 juta ton dibandingkan November 2015 mencapai 1,65 juta ton.
Persediaan minyak sawit di Malaysia periode Desember 2015 menurun seiring dengan rendahnya produksi karena fenomena El-Nino yang merusak pola cuaca pada tahun lalu. Mengutip riset Macquarie yang telah dipublikasikan pada 11 Januari 2015, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan stok crude palm oil (CPO) Desember sebesar 2,63 juta ton, di bawah perkiraan konsensus sebesar 2,76 juta ton. Berdasarkan pada data MPOB, penurunan stok kali ini merupakan yang pertama kali sejak meningkatnya aktifitas El-Nino pada Agustus 2015.
Grafik: Stok & Produksi Minyak Sawit Malaysia
Di sisi lain, Macquarie menilai bahwa permintaan CPO masih dalam kondisi yang cukup baik. Ekspor CPO Malaysia per Desember memang dilaporkan turun 2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun penurunan tersebut masih lebih baik dari perkiraan konsensus sebesar 5 persen. Macquarie menilai bahwa permintaan masih cukup tinggi karena harga sawit yang lebih kompetitif dibanding komoditas lain seperti minyak kedelai.
Berdasarkan catatan Macquarie, minyak sawit pada Desember diperdagangkan lebih rendah $157 per ton dibanding harga minyak kedelai. Penurunan produksi yang didukung oleh permintaan cukup tinggi tentunya dapat mendukung peningkatan harga CPO pada 2016 ini.
Di pasar komoditas, dampak dari El-Nino sudah terasa sejak September 2015. Berdasarkan data Bareksa, harga CPO periode 26 Agustus 2015 telah menyentuh level RM1.867 per ton atau terendah sepanjang tahun. Namun sejak September harga mulai bergerak naik 33 persen menuju level RM2.400 per ton.
Grafik: Harga CPO
Berdasarkan catatan Macquarie, minyak sawit pada Desember diperdagangkan lebih rendah $157 per ton dibanding harga minyak kedelai. Penurunan produksi yang didukung oleh permintaan cukup tinggi tentunya dapat mendukung peningkatan harga CPO pada 2016 ini.
Di pasar komoditas, dampak dari El-Nino sudah terasa sejak September 2015. Berdasarkan data Bareksa, harga CPO periode 26 Agustus 2015 telah menyentuh level RM1.867 per ton atau terendah sepanjang tahun. Namun sejak September harga mulai bergerak naik 33 persen menuju level RM2.400 per ton.
Grafik: Harga CPO
Namun, peningkatan harga pada kuartal terakhir 2015 tidak diikuti dengan naiknya harga saham perusahaan-perusahaan sawit yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sepanjang 2015 indeks saham perkebunan turun 26,87 persen, lebih dalam dari IHSG yang turun 12,13 persen. Sementara pada tiga bulan terakhir, indeks saham perkebunan baru menguat 6 persen.
Itulah Stok Sawit Malaysia Turun, Harga Sawit Akhirnya Menguat.
Itulah Stok Sawit Malaysia Turun, Harga Sawit Akhirnya Menguat.